Sunday, May 17, 2020

Konsep dan Pengertian Pengetahuan

Fitrah manusia lahir ke muka bumi dalam ketidaktahuan apapun,sebagaimana firman Allah Q.S An-Nahl ayat 78 Laa ta’lamuuna syai’an  artinya manusia diciptakan dari rahim ibu mereka dalam ketidaktahuan apa- apa. Manusia dibekali Allah hati, telinga, dan mata dengan fungsinya untuk  belajar, untuk mendengar dan untuk melihat sebagaimana firman Allah  dalam Q.S al Araf ayat 179. Pengetahuan diperoleh manusia itu apabila manusia sudah mengambil kesimpulan dari berbagai pengalamannya bahwa objek yang ingin diketahuinya sudah bener-bener diketahui.

Allah membedakan antara hamba- hamba-Nya yang memiliki ilmu yang tinggi (mengetahui) dengan hamba- hamba-Nya yang belum memiliki ilmu yang tinggi, seperti firman-Nya ....”Katakanlah, adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang barakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS. Az- Zumar, 39:9).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what,why, dan how (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan  merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia (Asriwati, 2019). Pengetahuan merupakan  hasil dari tahu yang didapat melalui suatu proses pengindraan dari panca indra terutama mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2004).

Menurut Torang (2014) ada 4 fase yang dilalui manusia dalam memperoleh pengetahuan, yaitu ;

a.       Fase dia tidak tahu apa yang dia tidak tahu (unconcious-incompetence)

Pada fase ini manusia sama sekali belum mengetahui dan mengenal sesuatu, biasa dianalogikan manusia sebagai ketas putih tanpa goresan

b.      Fase dia sudah tahu di tidak tahu-nya (concious- incompetence)

Pada Fase ini ada dorongan dalam diri manusia untuk ingin tahu dan kemudian dia tanya apa ini/ itu?. Manusia mulai menggunakan indranya intuk mengetahui apa yang dia belum tahu.

c.       Fase dia tahu di tahu-ku (concious- competence)

Pada fase ini manusia sudah memiliki pengetahuan dan telah mampu mengambil keputusan.

d.      Fase dia tidak tahu di tahu-nya (unconcious- competence)

Pada fase ini manusia berada dalam kondisi ketidakpastian, manusia tidak sadar bahwa dia telah melakukan pelanggaran dari sesuatu hal yang dia tahu bahwa yang telah dilakukan itu salah tetapi tetap dia lakukan.

Pengetahuan merupakan domain yang penting untuk  terbentuknya perilaku atau tindakan  seseorang (over behavior). Proses adopsi perilaku dalam diri manusia terjadi suatu proses yang berurutan (akronim AIETA), yaitu:

a.       Awarness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulas.

b.      Interest  (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus.

c.       Evaluation (menilai), individu menimbang- nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya.

d.      Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba prilaku baru.

e.       Adaptation (adaptasi),individu telah mulai berprilaku baru sesuai pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam (Notoatmodjo, 2010)   mengatakan bahwa tingkat pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

a.       Tahu (know). Dimana mengingat kembali suatu materi  yang  telah   dipelajari

atau objek yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b.      Memahami  (comprehension),  diartikan  sebagai   suatu  kemampuan    dalam

menjelaskan dan mampu mengintepretasikan objek atau materi yang telah dialami dengan benar.

c.       Aplikasi    (application), diartikan    sebagai     suatu      kemampuan       untuk

menggunakan objek atau materi yang telah dipahami dalam situasi atau kondisi nyata. 4) Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek dalam beberapa komponen, tetapi masih dalam satu kaitannya dengan orang lain. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

d.      Sintesis   (synthesis) ,  yaitu   suatu     kemampuan   untuk   meletakkan      dan

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

e.         Evaluasi   (evaluation), dimana   kemampuan   untuk    melakukan     penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau normanorma yang berlaku dimasyarakat.

Menurut Notoatmodjo (2010), perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui tiga tahap yaitu:

a.        Pengetahuan (Knowledge)

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya.

b.    Sikap (Afective)

Sikap merupakan penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut.

c.    Tindakan (Action)

Tindakan merupakan reaksi konkrit seseorang terhadap objek atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).


0 comments: