Fitrah manusia lahir ke muka bumi dalam ketidaktahuan apapun,sebagaimana firman Allah Q.S An-Nahl ayat 78 Laa ta’lamuuna syai’an artinya manusia diciptakan dari rahim ibu mereka dalam ketidaktahuan apa- apa. Manusia dibekali Allah hati, telinga, dan mata dengan fungsinya untuk belajar, untuk mendengar dan untuk melihat sebagaimana firman Allah dalam Q.S al Araf ayat 179. Pengetahuan diperoleh manusia itu apabila manusia sudah mengambil kesimpulan dari berbagai pengalamannya bahwa objek yang ingin diketahuinya sudah bener-bener diketahui.
Allah membedakan antara
hamba- hamba-Nya yang memiliki ilmu yang tinggi (mengetahui) dengan hamba-
hamba-Nya yang belum memiliki ilmu yang tinggi, seperti firman-Nya ....”Katakanlah, adakah sama orang- orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang
yang barakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS. Az- Zumar, 39:9).
Pengetahuan (knowledge)
adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what,why, dan
how (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia (Asriwati, 2019). Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu yang didapat
melalui suatu proses pengindraan dari panca indra terutama mata dan telinga
terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2004).
Menurut Torang (2014) ada 4 fase yang
dilalui manusia dalam memperoleh pengetahuan, yaitu ;
a.
Fase dia tidak tahu apa yang dia tidak
tahu (unconcious-incompetence)
Pada fase ini manusia sama sekali belum mengetahui dan
mengenal sesuatu, biasa dianalogikan manusia sebagai ketas putih tanpa goresan
b.
Fase dia sudah tahu di tidak tahu-nya
(concious- incompetence)
Pada Fase ini ada dorongan dalam diri manusia untuk
ingin tahu dan kemudian dia tanya apa ini/ itu?. Manusia mulai menggunakan
indranya intuk mengetahui apa yang dia belum tahu.
c.
Fase dia tahu di tahu-ku (concious-
competence)
Pada fase ini manusia sudah memiliki pengetahuan dan
telah mampu mengambil keputusan.
d.
Fase dia tidak tahu di tahu-nya
(unconcious- competence)
Pada fase ini manusia berada dalam kondisi
ketidakpastian, manusia tidak sadar bahwa dia telah melakukan pelanggaran dari
sesuatu hal yang dia tahu bahwa yang telah dilakukan itu salah tetapi tetap dia
lakukan.
Pengetahuan merupakan domain
yang penting untuk terbentuknya perilaku
atau tindakan seseorang (over behavior).
Proses adopsi perilaku dalam diri manusia terjadi suatu proses yang berurutan (akronim
AIETA), yaitu:
a. Awarness
(kesadaran),
individu menyadari adanya stimulas.
b. Interest
(tertarik), individu mulai tertarik pada
stimulus.
c. Evaluation
(menilai),
individu menimbang- nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya.
d. Trial
(mencoba),
individu sudah mulai mencoba prilaku baru.
e. Adaptation
(adaptasi),individu
telah mulai berprilaku baru sesuai pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap
stimulus.
Benyamin Bloom (1908)
seorang ahli psikologi pendidikan dalam (Notoatmodjo, 2010) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan didalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
a. Tahu
(know). Dimana mengingat kembali suatu materi
yang telah dipelajari
atau
objek yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
b. Memahami
(comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan
dalam
menjelaskan
dan mampu mengintepretasikan objek atau materi yang telah dialami dengan benar.
c. Aplikasi (application), diartikan sebagai
suatu kemampuan untuk
menggunakan
objek atau materi yang telah dipahami dalam situasi atau kondisi nyata. 4)
Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau objek dalam beberapa komponen, tetapi masih dalam satu kaitannya
dengan orang lain. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada
tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau
memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
objek tersebut.
d. Sintesis (synthesis) , yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan dan
menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada.
e.
Evaluasi (evaluation), dimana kemampuan untuk melakukan
penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau normanorma yang berlaku dimasyarakat.
Menurut Notoatmodjo (2010), perubahan
perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam
kehidupannya melalui tiga tahap yaitu:
a.
Pengetahuan (Knowledge)
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku
(berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat
perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
b.
Sikap (Afective)
Sikap merupakan penilaian (bisa berupa
pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah
kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau
objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau
objek kesehatan tersebut.
c.
Tindakan (Action)
Tindakan merupakan reaksi konkrit seseorang terhadap objek atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).
0 comments:
Post a Comment