Keterangan ini saya dapat dari sebuah sumber buku, selain karena ulah tangan manusia ada beberapa faktor yang membuat terumbu karang ini rusak.
Sumber terbesar dari kematian terumbu masif adalah perusakan mekanik oleh badai tropik yang hebat. Topan atau angin puyuh yang kuat ketika melalui suatu wilayah terumbu sering merusak daerah yang luas di terumbu karang. Sumber kedua terbesar yang menyebabkan bencana kematian terumbu, adalah ledakan Acanthaster planci (bintang bulu seribu) akibat adanya kegiatan pengerukan dan beberapa bahan kimia (pestisida) membuka ruangan baru bagi Acanthaster planci muda, ledakan populasi juga diakibatkan oleh kegiatan manusia yang memindahkan predator utama bulu seribu yaitu Charonia tritonis untuk diambil cangkangnya (Nybakken 1988). Kegiatan manusia secara langsung dapat menyebabkan bencana kematian di terumbu melalui penggalian dan pencemaran (Nybakken 1988). Berdasarkan analisis Burke, dkk. (2002) 25% kerusakan terumbu karang diakibatkan oleh pembangunan pesisir, 7% diakibatkan oleh pencemaran, 21% diakibatkan oleh sedimentasi, 64% akibat penangkapan yang berlebihan, 54% akibat penangkapan ikan dengan melakukan pengrusakan, 18% diakibatkan oleh pemutihan terumbu karang.
Penyakit yang biasanya menyerang karang disebut sebagai White band disease dan Blank band disease atau penyakit gelang putih, ditandai dengan memutihnya sebagian koloni terumbu.
Hal ini disebabkan oleh serangan bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak normal seperti pencemaran dan kenaikan suhu air laut (Akmal 2002). Beban nutrient yang berlebihan menyebabkan berkembangnya alga secara berlebihan (eutrofikasi) sehingga dapat menutupi dan membunuh organisme coral atau timbulnya blooming dari fitoplakton (Dahuri, dkk 2004)
Akmal (2002) mengungkapkan hubungan antara pemanasan global, penipisan ozon dan terumbu karang mengakibatkan tingkat karbondioksida meningkat secara kimiawi akan menghambat pertumbuhan bunga karang oleh polip-polip. Perubahan suhu menimbulkan pemutihan karang pada musim panas.
Sumber terbesar dari kematian terumbu masif adalah perusakan mekanik oleh badai tropik yang hebat. Topan atau angin puyuh yang kuat ketika melalui suatu wilayah terumbu sering merusak daerah yang luas di terumbu karang. Sumber kedua terbesar yang menyebabkan bencana kematian terumbu, adalah ledakan Acanthaster planci (bintang bulu seribu) akibat adanya kegiatan pengerukan dan beberapa bahan kimia (pestisida) membuka ruangan baru bagi Acanthaster planci muda, ledakan populasi juga diakibatkan oleh kegiatan manusia yang memindahkan predator utama bulu seribu yaitu Charonia tritonis untuk diambil cangkangnya (Nybakken 1988). Kegiatan manusia secara langsung dapat menyebabkan bencana kematian di terumbu melalui penggalian dan pencemaran (Nybakken 1988). Berdasarkan analisis Burke, dkk. (2002) 25% kerusakan terumbu karang diakibatkan oleh pembangunan pesisir, 7% diakibatkan oleh pencemaran, 21% diakibatkan oleh sedimentasi, 64% akibat penangkapan yang berlebihan, 54% akibat penangkapan ikan dengan melakukan pengrusakan, 18% diakibatkan oleh pemutihan terumbu karang.
Penyakit yang biasanya menyerang karang disebut sebagai White band disease dan Blank band disease atau penyakit gelang putih, ditandai dengan memutihnya sebagian koloni terumbu.
Hal ini disebabkan oleh serangan bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak normal seperti pencemaran dan kenaikan suhu air laut (Akmal 2002). Beban nutrient yang berlebihan menyebabkan berkembangnya alga secara berlebihan (eutrofikasi) sehingga dapat menutupi dan membunuh organisme coral atau timbulnya blooming dari fitoplakton (Dahuri, dkk 2004)
Akmal (2002) mengungkapkan hubungan antara pemanasan global, penipisan ozon dan terumbu karang mengakibatkan tingkat karbondioksida meningkat secara kimiawi akan menghambat pertumbuhan bunga karang oleh polip-polip. Perubahan suhu menimbulkan pemutihan karang pada musim panas.
0 comments:
Post a Comment