A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum-lapisan membran serosa rongga abdomen dan meliputi visera ( Brunner & Suddart. 2002 : 1103 )
Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal yang dapat berupa primer atau sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasitas peritoneal oleh bakteri atau kimia (Doengoes,Moorhouse, Geissler. 2000 : 513)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peritonitis adalah radang selaput perut atau inflamasi peritoneum baik bersifat primer atau sekunder, akut atau kronis yang disebabkan oleh kontaminasi isi usus, bakteri atau kimia.
Anastomosis adalah hubungan antara pembuluh-pembuluh yang berbeda pangkalnya (Ramali, Ahmad, disempurnakan oleh Hendra T. Laksman, 1997:14).
Anastomosis adalah terjadinya hubungan antara dua rongga atau alat yang biasanya terpisah, dengan pembedahan atau karena keadaan sakit (Ramali, Ahmad, disempurnakan oleh Hendra T. Laksman, 1997:14).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anastomosis and to end adalah penyambungan dua rongga dalam hal ini usus yang awalnya terpisah kemudian disambung kembali melalui proses pembedahan.
2. Anatomi
Susunan saluran pencernaan :
A. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Bagian luar atau vestibula, yaitu ruang antara gusi, bibir dan pipi
a) Bibir
Terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Disebelah luar ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).
b) Pipi
Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papilla.
2. Bagian dalam atau rongga mulut yang dibatasi oleh tulang maksilaris, palatum, mandibulla dan faring
a) Gigi
(1) Gigi sulung
(2) Gigi tetap
b) Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir :
(1) Radiks lingua
(2) Dorsum lingua
(3) Apeks lingua
B. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esophagus, didalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu kumpulan kelenjar limpa yang banyak mengandung limposit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
C. Esophagus
Merupakan struktur berbentuk tubular yang menghubungkan faring dengan lambung. Esophagus terletak di belakang trakea dan di depan tuang punggung.
D. Rongga Abdomen
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi 2 bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil.
Batas-batas abdomen :
- Atas : diafragma
- Bawah : pintu masuk panggul dari panggul besar
- Depan dan kedua sisi : otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah
- Belakang : tulang punggung dan otot polos dan quadratus lumborum
Isi abdomen :
Sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar.
1. Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang. Lambung terletak di oblik kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma. Kapasitas normal lambung 1 – 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pylorus
2. Usus halus
Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pylorus sampai katup ilosekal, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan
a) Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, mulai dari pylorus sampai yeyenum. Duodenum terletak pada daerah epigastrium dan umbilikalis. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang disebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara saluran empedu (duktus kaledokus) dan saluran pancreas (duktus pankreatitis).
Empedu dibuat dari hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus kaledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase.
Pankreas juga menghasilkan amylase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida.
b) Yeyenum dan Ileum
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang 6 meter. Sambungan yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Lekukan-lekukan yeyenum menduduki bagian kiri atas rongga abdomen, sedangkan ileum cenderung menduduki bagian bawah kanan rongga abdomen dan rongga pelvis. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekal.
3. Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 1,5 meter yang terbentang dari sekum sampai canalis ani.
a) Sekum
Pada sekum terdapat katup ileosekal dan appendiks yang melekat pada ujung sekum. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Appendiks sebagai organ pertahanan terhadap infeksi, kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya kedalam rongga abdomen.
b) Kolon
(1) Kolon ascendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur keatas dari ileum kebawah hati.
(2) Kolon Transversum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon ascendens sampai ke kolon descendens berada dibawah abdomen
(3) Kolon Descendens
Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah
(4) Kolon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon descendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
c) Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
E. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dari udara luar. Dinding anus diperkuat oleh 3 sfingter :
a) Sfingter ani internus berada diatas, bekerja tidak menurut kehendak
b) Sfingter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak
c) Sfingter ani eksternus berada dibawah, bekerja menurut kehendak
3. Fisiologi
Usus halus mempunyai fungsi utama dalam pencernaan dan absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja ptyalin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan didalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pancreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang sederhana. Adanya bikarbonat dalam secret pancreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pancreas. Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat detergen asam-asam empedu yang dapat melarutkan zat-zat lemak. Pergerakan peristaltic usus halus bergerak dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai continue isi lambung. Selanjutnya sisa absorpsi dari usus halus dilanjutkan ke usus besar dan berakhir di anus.
Fungsi peritoneum :
1) Menutupi sebagian dari rongga abdomen dan pelvis
2) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam rongga peritoneum tidak saling bergesekan
3) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior abdomen
4) Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap infeksi
4. Etiologi
1. Peritonitis Primer
a. Sindrom nefrotik
b. Sirosis hepatic
2. Peritonitis Sekunder
a. Ruftur atau perforasi pada saluran cerna
b. Terdapatnya sumber infeksi intra peritoneal
3. Peritonitis karena pemasangan benda saing kedalam rongga peritonium
Pemasangan kateter pentrikoperitonial, kateter peritoneo-jugular dan continuous ambulatori peritoneal dialisis
5. Tanda dan Gejala
- Rasa sakit pada daerah abdomen
- Dehidrasi
- Lemas
- Nyeri tekan pada daerah abdomen
- Defence musculair
- Bising usus berkurang atau menghilang
- Nafas dangkal
- Tekanan darah menurun
- Nadi kecil dan cepat
- Renjatan
- Berkeringat dingin
- Pekak hati menghilang
6. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen kedalam rongga abdomen biasanya sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma, atau perforasi tumor. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri sehingga terjadi proliferasi bakterial, terjadi edema jaringan, dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler dan darah. Respon segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik, disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus.
Perporasi dapat terjadi pada Typus Abdominalis akibat tukak (ulkus) yang menebal pada cecum dan colon yang menembus lapisan otot atau daerah yang berongga sehingga dapat menyebabkan memar yang menyebabkan permeabilitas meningkat sehingga mengakibatkan perdarahan yang berdampak kebocoran pada peritoneum sehingga terjadilah peritonitis.
Menurut penyebabnya, peritonitis dibagi :
- Peritonitis Primer
Terjadi tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritoneum serta bisanya terjadi pada anak-anak dengan riwayat sindrom nefrotik dan sirosis hepatic. Kuman masuk kerongga peritoneum melalui aliran darah atau pada pasien perempuan melalui alat genital.
- Peritonitis Sekunder
Terjadi bila bakteri masuk ke rongga peritoneum dalam jumlah yang cukup banyak dan bisanya dari lumen saluran cerna. Dalam keadaan normal peritoneum dapat mengatasi masuknya bakteri melalui saluran getah bening diafragma. Akan tetapi, bila banyak bakteri yang masuk atau secara terus-menerus dapat menyebabkkan peritonitis, apalagi bila ada rangsangan kimiawi karena masuknya asam lambung, makanan, tinja, hemoglobin dan jaringan nekrotik atau immunitas pasien menurun, biasanya terdapat campuran jenis bakteri yang menyebabkan peritonitis, sering bakteri-bakteri aerob atau anaerob.
- Peritonitis karena pemasangan benda asing ke dalam rongga peritoneum
Kateter pentrikuloperitoneal
Yang digunakan untuk mengurangi cairan serebrospinalis pada klien dengan hidrochepalus, sehingga apabila cairan serebrospinalis mengandung bakteri maka dapat menyebabkan peritonitis.
Kateter peritoneo-jugular
Dipasang untuk mengurangi asites. Daerah yang terpasang kateter ini sering mengalami infeksi yang disebabkan oleh stapillococcus aureus
Continuous ambulatory peritonial dialysis
Infeksi disebabkan karena kontaminasi cairan dialysis atau kateter, infeksi ini biasanya disebabkan oleh stapillococcus aureus dan kadang-kadang juga disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri anaerob atau jamur.
7. Manajemen Medik
1. Peritonitis primer
Antibiotic
Pembedahan
2. Peritonitis sekunder
Transfusi darah (plasma atau whole blood dan albumin)
Cairan parenteral (RL, Dextrose 5% atau NaCl 0,9%)
Kortikosteroid, misalnya : metil prednisone 30 mg/ kg bb/ hari (apabila terdapat renjatan)
Pemberian oksigen jika hypoxia
Pemasangan pipa nasogastrik tube untuk dekompresi
Pemberian analgetik dan sedatif
Pembedahan
Antibiotic intra perineal (missal 100 cc – 200 cc Canamisin 0,5 %)
Antibiotic parenteral dan atau oral
3. Peritonitis karena pemasangan benda asing kedalam rongga peritoneum
Pemberian antibiotic spectrum luas
Pencabutan atau reposisi kateter
8. Evaluasi Diagnostik
Leukositosis, hemoglobin dan hematokrit mungkin rendah bila terjadi kehilangan darah. elektrolit serum dapat menunjukkan perubahan kadar Kalium, Natrium dan Clorida.
Sinar X dada dapat menunjukkan udara dan kadar cairan serta lengkung usus yang terdistensi, pemindaian CT abdomen dapat menunjukkan pembentukkan abses. Aspirasi peritoneal dan pemeriksaan kultur serta sensitifitas cairan teraspirasi dapat menunjukkan infeksi dan mengidentifikasi organisme penyebab
2. Anatomi
Susunan saluran pencernaan :
A. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Bagian luar atau vestibula, yaitu ruang antara gusi, bibir dan pipi
a) Bibir
Terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Disebelah luar ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).
b) Pipi
Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papilla.
2. Bagian dalam atau rongga mulut yang dibatasi oleh tulang maksilaris, palatum, mandibulla dan faring
a) Gigi
(1) Gigi sulung
(2) Gigi tetap
b) Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir :
(1) Radiks lingua
(2) Dorsum lingua
(3) Apeks lingua
B. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esophagus, didalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu kumpulan kelenjar limpa yang banyak mengandung limposit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
C. Esophagus
Merupakan struktur berbentuk tubular yang menghubungkan faring dengan lambung. Esophagus terletak di belakang trakea dan di depan tuang punggung.
D. Rongga Abdomen
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi 2 bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil.
Batas-batas abdomen :
- Atas : diafragma
- Bawah : pintu masuk panggul dari panggul besar
- Depan dan kedua sisi : otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah
- Belakang : tulang punggung dan otot polos dan quadratus lumborum
Isi abdomen :
Sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar.
1. Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang. Lambung terletak di oblik kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma. Kapasitas normal lambung 1 – 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pylorus
2. Usus halus
Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pylorus sampai katup ilosekal, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan
a) Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, mulai dari pylorus sampai yeyenum. Duodenum terletak pada daerah epigastrium dan umbilikalis. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang disebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara saluran empedu (duktus kaledokus) dan saluran pancreas (duktus pankreatitis).
Empedu dibuat dari hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus kaledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase.
Pankreas juga menghasilkan amylase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida.
b) Yeyenum dan Ileum
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang 6 meter. Sambungan yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Lekukan-lekukan yeyenum menduduki bagian kiri atas rongga abdomen, sedangkan ileum cenderung menduduki bagian bawah kanan rongga abdomen dan rongga pelvis. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekal.
3. Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 1,5 meter yang terbentang dari sekum sampai canalis ani.
a) Sekum
Pada sekum terdapat katup ileosekal dan appendiks yang melekat pada ujung sekum. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Appendiks sebagai organ pertahanan terhadap infeksi, kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya kedalam rongga abdomen.
b) Kolon
(1) Kolon ascendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur keatas dari ileum kebawah hati.
(2) Kolon Transversum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon ascendens sampai ke kolon descendens berada dibawah abdomen
(3) Kolon Descendens
Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah
(4) Kolon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon descendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
c) Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
E. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dari udara luar. Dinding anus diperkuat oleh 3 sfingter :
a) Sfingter ani internus berada diatas, bekerja tidak menurut kehendak
b) Sfingter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak
c) Sfingter ani eksternus berada dibawah, bekerja menurut kehendak
3. Fisiologi
Usus halus mempunyai fungsi utama dalam pencernaan dan absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja ptyalin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan didalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pancreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang sederhana. Adanya bikarbonat dalam secret pancreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pancreas. Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat detergen asam-asam empedu yang dapat melarutkan zat-zat lemak. Pergerakan peristaltic usus halus bergerak dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai continue isi lambung. Selanjutnya sisa absorpsi dari usus halus dilanjutkan ke usus besar dan berakhir di anus.
Fungsi peritoneum :
1) Menutupi sebagian dari rongga abdomen dan pelvis
2) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam rongga peritoneum tidak saling bergesekan
3) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior abdomen
4) Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap infeksi
4. Etiologi
1. Peritonitis Primer
a. Sindrom nefrotik
b. Sirosis hepatic
2. Peritonitis Sekunder
a. Ruftur atau perforasi pada saluran cerna
b. Terdapatnya sumber infeksi intra peritoneal
3. Peritonitis karena pemasangan benda saing kedalam rongga peritonium
Pemasangan kateter pentrikoperitonial, kateter peritoneo-jugular dan continuous ambulatori peritoneal dialisis
5. Tanda dan Gejala
- Rasa sakit pada daerah abdomen
- Dehidrasi
- Lemas
- Nyeri tekan pada daerah abdomen
- Defence musculair
- Bising usus berkurang atau menghilang
- Nafas dangkal
- Tekanan darah menurun
- Nadi kecil dan cepat
- Renjatan
- Berkeringat dingin
- Pekak hati menghilang
6. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen kedalam rongga abdomen biasanya sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma, atau perforasi tumor. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri sehingga terjadi proliferasi bakterial, terjadi edema jaringan, dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler dan darah. Respon segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik, disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus.
Perporasi dapat terjadi pada Typus Abdominalis akibat tukak (ulkus) yang menebal pada cecum dan colon yang menembus lapisan otot atau daerah yang berongga sehingga dapat menyebabkan memar yang menyebabkan permeabilitas meningkat sehingga mengakibatkan perdarahan yang berdampak kebocoran pada peritoneum sehingga terjadilah peritonitis.
Menurut penyebabnya, peritonitis dibagi :
- Peritonitis Primer
Terjadi tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritoneum serta bisanya terjadi pada anak-anak dengan riwayat sindrom nefrotik dan sirosis hepatic. Kuman masuk kerongga peritoneum melalui aliran darah atau pada pasien perempuan melalui alat genital.
- Peritonitis Sekunder
Terjadi bila bakteri masuk ke rongga peritoneum dalam jumlah yang cukup banyak dan bisanya dari lumen saluran cerna. Dalam keadaan normal peritoneum dapat mengatasi masuknya bakteri melalui saluran getah bening diafragma. Akan tetapi, bila banyak bakteri yang masuk atau secara terus-menerus dapat menyebabkkan peritonitis, apalagi bila ada rangsangan kimiawi karena masuknya asam lambung, makanan, tinja, hemoglobin dan jaringan nekrotik atau immunitas pasien menurun, biasanya terdapat campuran jenis bakteri yang menyebabkan peritonitis, sering bakteri-bakteri aerob atau anaerob.
- Peritonitis karena pemasangan benda asing ke dalam rongga peritoneum
Kateter pentrikuloperitoneal
Yang digunakan untuk mengurangi cairan serebrospinalis pada klien dengan hidrochepalus, sehingga apabila cairan serebrospinalis mengandung bakteri maka dapat menyebabkan peritonitis.
Kateter peritoneo-jugular
Dipasang untuk mengurangi asites. Daerah yang terpasang kateter ini sering mengalami infeksi yang disebabkan oleh stapillococcus aureus
Continuous ambulatory peritonial dialysis
Infeksi disebabkan karena kontaminasi cairan dialysis atau kateter, infeksi ini biasanya disebabkan oleh stapillococcus aureus dan kadang-kadang juga disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri anaerob atau jamur.
7. Manajemen Medik
1. Peritonitis primer
Antibiotic
Pembedahan
2. Peritonitis sekunder
Transfusi darah (plasma atau whole blood dan albumin)
Cairan parenteral (RL, Dextrose 5% atau NaCl 0,9%)
Kortikosteroid, misalnya : metil prednisone 30 mg/ kg bb/ hari (apabila terdapat renjatan)
Pemberian oksigen jika hypoxia
Pemasangan pipa nasogastrik tube untuk dekompresi
Pemberian analgetik dan sedatif
Pembedahan
Antibiotic intra perineal (missal 100 cc – 200 cc Canamisin 0,5 %)
Antibiotic parenteral dan atau oral
3. Peritonitis karena pemasangan benda asing kedalam rongga peritoneum
Pemberian antibiotic spectrum luas
Pencabutan atau reposisi kateter
8. Evaluasi Diagnostik
Leukositosis, hemoglobin dan hematokrit mungkin rendah bila terjadi kehilangan darah. elektrolit serum dapat menunjukkan perubahan kadar Kalium, Natrium dan Clorida.
Sinar X dada dapat menunjukkan udara dan kadar cairan serta lengkung usus yang terdistensi, pemindaian CT abdomen dapat menunjukkan pembentukkan abses. Aspirasi peritoneal dan pemeriksaan kultur serta sensitifitas cairan teraspirasi dapat menunjukkan infeksi dan mengidentifikasi organisme penyebab
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn.E., Alih bahasa I Made Kariasa. 2001. Rencana Asuhan Keperwatan, Jakarta : EGC.
FKUI.1996. Ilmu Penyakit Dalam , Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
FKUI. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Hudak dan Gallo alih bahasa Alledekania, Betty Susanto, Teressa, Yasmin. 1987. Keperawatan Kritis Edisi IV. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Ignatavicius,Donna D, et al.1995. Medical Surgical Nursing A Nursing Process Approach Edisi II. USA: W.B Sauders Company.
Pearce, Evelyn. C., Alih bahasa Sri Yuliani Handoyo.1985.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Jakarta : Gramedia,
Price, Sylvia.A., Alih bahasa Peter Anugrah.1995.Patofisiologi , Jakarta :EGC.
Smeltzer and Bare,Alih bahasa Agung Nugroho. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Volume 1, Jakarta : EGC.
0 comments:
Post a Comment