Adalah peradangan yang mana tedapat konsolidasi disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
PATHOFISIOLOGI
Petukaran gas tidak dapat berlangsung pada daeah konsolidasi dan darah yang mengali tidak dapat befungsi sehingga tejadi hipoksemia.
60 % pneumonia pneumococcus dan sampai effusi pleura, empysema juga dapat terjadi pada beberapa kasus.
Paling banyak tejadi pada bayi dan oang tua, timbul oleh kaena aspirasi bahan – bahan infeksius yaitu pada bronchus distal dan alveoli. Serta karena esiko tinggi immune menurun dan penyakit gangguan immune.
KLASIFIKASI PNEUMONIA
1. Pneumonia tipikal / klasik
Timbul semua umur, ada iwayat alkoholisme, ISPA dan influenza virus.
PENGKAJIAN
Subjektif : onset dan lama batuk, demam, warna dan konsistensi sputum, therapi.
Objektif : takipneu, gerakan dada nyeri, ekspansi terbatas serta vokal fremitus meningkat.
Auskultasi : bonchovesikuler, bronchial dan tedapat suara nafas tambahan.
TEST DIAGNOSTIK
· Rontgen : konsolidasi lobar
· Kultu dan sensitifitas test
· Leukositosis
· Hipoksemia yaitu asidosis
ANALISA WARNA SPUTUM :
1. mukoidtidak berwana / jernih : poses non infeksi
2. kuning / kem : staphilokokus peumoniae
3. Hijau : pseudomonas pneumoniae
4. curent jelly : klebsiella
5. bekarat : pneumokokal pneumonia.
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
7. 1. jalan nafas tidak efektif
8. Pola nafas tidak efektif
9. gangguan rasa nyaman nyeri
10. Defisit pengetahuan
11. kuang nutisi : kuang ai kebutuhan tubuh.
IMPLEMENTASI
1. therapi obat yaitu antibiotik : di kultur dulu.
2. Terapi oksigen yaitu bila PO2 mulai dai 60 mmHg maka diberikan nasal / sungkup.
3. mempemudah penapasan yaitu posisi duduk tegak atau semi tegak.
4. menyiapkan ventilasi, humidifikasi dan temperatur yang nyaman.
5. membantu kenyamanan dan ADL
6. mengendalikan lingkungan yaitu :
isolasi untuk pneumonia stapilokokus dan memcuci tangan.
7. Konseling dan penyuluhan.
2. PNEUMONIA TIPIKAL
Disebabkab oleh karena mycoplasma pneumonia
Laki – laki lebih banyak daipada wanita.
Ditandai dengan : ronchi inspiratorius, tidak ada konsolidasi, rontgen bercak infiltrat segmental.
Pengobatan : eritromycin, rifampicin
Bila tidak diobati maka dapat tejadi : DIC, gagal ginjal, myocaditis, pericarditis, meningoencephalitis dan athritis.
2. PNEUMONIA CRANII
Yaitu pada pasien dengan immunosupesi sepeti pasien AIDS.
Gejala : demam, malaise, batuk non poduktif dan dyspnea.
Obat : Trimetopin dan sulfametoxazole.
3. PNEUMONIA ASPIRASI
Akibat terhiup bahan – bahan ke dalam saluan nafas.
4. PNEUMONIA HEMATOGEN
Yaitu organisme patogen menyeba ke paru – paru melalui pembuluh darah.
ORGANISME PENYEBAB INFEKSI PNEUMONIA PADA OANG DEWASA :
I. sindoma pneumonia tipikal / klasik
pneumonia bakterialis : sering ( streptokokus pneumonia)
jarang (H. influenza dan stapilokokus aureus)
II. Sindoma pneumonia atipikal
Sering ( mycoplasma pneumonia dan virus ) sedangkan yang jarang ( legionella pneumonia dan pneumocystia cranii).
III. Sindroma pneumonia aspirasi.
Pasien yang dirawat,, mendapat theapi antibiotik yaitu : floa phaingeal, stapilokokus aueus, klebsiella aeruginosa, seatimacescens, eschericia coli dan enteobacter seta poteus.
Pasien yang rawat jalan : floa phaingeal yaitu campuan anaeob / aerob.
IV. Sindoma pneumonia hematogen
Stapilokokus aureus, eschericia coli dan anaerob enterik.
TBC
Adalah penyekit oleh kaena basil mycobacterium tubeculosa terutama mengenai paru – paru dan juga ogan lainnya.
84 % terjadi di paru – pau.
Sedangkan yang lainnya yaitu di limpatik, pleural, genitouinary, tulang, sendi, meningeal dan peritoneal.
PATHOFISIOLOGI
· Penyebab utama M. TBC dan yang lainnya yaitu M. Bovis seta M. africanus.
· Penularan aiborne dai orang yang teinfeksi, infeksi TBC biasanya sembuh sendiri bila immune baik.
· Basil tubekel tetap di dalam paru – paru dalam bentuk dorman, berdinding yaitu pada fase istirahat seta lesi perkapuan ( ghon lesion / tuberkel ghon).
· Bila mengalami stress fisik / emosi maka basil tersebut mulai aktif dan bermultiplikasi sehingga immune menurun lalu TBC aktif.
Manifestasi klinik :
Batuk non produkif, bila tidak diobati maka menjadi poduktif.
Hemoptisis, hemorraghe, nyeri dada, dysnea, keringat malam, malaise, BB menurun, anoexia, fatique dan gambaan X – ay : lesi inflamasi pada segmen apek dan posterior lobus atas segmen superior pada lobus bawah.
PENGKAJIAN DIAGNOSTIK
1. tes tuberkulin : bahan yang dugunakan OT ( old tubeculin dan PPD (puified potein derivation ) yaitu tes mantoux sebanyak 0,1 ml. Interpretasi hasil setelah 48 jam yaitu lihat induasinya (bukan eritemanya).
2. hasil ; reaksi bermakna bila lebih atau sama dengan 10 mm, eaksi meagukan bila hanya 5 – 9 mm.
3. Pemeiksaan rontgen : foto thoax AP dan lateral yaitu effusi pleua pada TBC pleura.
4. Pemeriksaan sputum : sputum pada pagi hari yaitu dengan jumlah 4 ml yaitu untuk mengidentifikasi M TBC yaitu basil tahan asam.
5. Bilas lambung : untuk menampung sputum yang tertelan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Jalan nafas tidak efektif
2. kurangnya pengetahuan.
IMPLEMENTASI
· Theapi obat :
INH (Isoniazid), Rifampisin (RIF), Piazinamide(PZA), ethambutol (EMB) dan streptomysin.
INH 300mg + IF 600 mg setiap hai (30 hari).
INH 15 mg / kg + RIF 600 mg 2 X peminggu (8 minggu )
· Pengendalian lingkungan untuk mencegah kontaminasi udaa oleh doplet yaitu :
pasien diobati dengan anti TBC
menutup hidung dan mulut pada saat batuk, bersin dan tertawa.
tempat tissue dalam kantong kertas dan dibuang.
· Pendidikan kesehatan klien dan keluarga.
PATHOFISIOLOGI
Petukaran gas tidak dapat berlangsung pada daeah konsolidasi dan darah yang mengali tidak dapat befungsi sehingga tejadi hipoksemia.
60 % pneumonia pneumococcus dan sampai effusi pleura, empysema juga dapat terjadi pada beberapa kasus.
Paling banyak tejadi pada bayi dan oang tua, timbul oleh kaena aspirasi bahan – bahan infeksius yaitu pada bronchus distal dan alveoli. Serta karena esiko tinggi immune menurun dan penyakit gangguan immune.
KLASIFIKASI PNEUMONIA
1. Pneumonia tipikal / klasik
Timbul semua umur, ada iwayat alkoholisme, ISPA dan influenza virus.
PENGKAJIAN
Subjektif : onset dan lama batuk, demam, warna dan konsistensi sputum, therapi.
Objektif : takipneu, gerakan dada nyeri, ekspansi terbatas serta vokal fremitus meningkat.
Auskultasi : bonchovesikuler, bronchial dan tedapat suara nafas tambahan.
TEST DIAGNOSTIK
· Rontgen : konsolidasi lobar
· Kultu dan sensitifitas test
· Leukositosis
· Hipoksemia yaitu asidosis
ANALISA WARNA SPUTUM :
1. mukoidtidak berwana / jernih : poses non infeksi
2. kuning / kem : staphilokokus peumoniae
3. Hijau : pseudomonas pneumoniae
4. curent jelly : klebsiella
5. bekarat : pneumokokal pneumonia.
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
7. 1. jalan nafas tidak efektif
8. Pola nafas tidak efektif
9. gangguan rasa nyaman nyeri
10. Defisit pengetahuan
11. kuang nutisi : kuang ai kebutuhan tubuh.
IMPLEMENTASI
1. therapi obat yaitu antibiotik : di kultur dulu.
2. Terapi oksigen yaitu bila PO2 mulai dai 60 mmHg maka diberikan nasal / sungkup.
3. mempemudah penapasan yaitu posisi duduk tegak atau semi tegak.
4. menyiapkan ventilasi, humidifikasi dan temperatur yang nyaman.
5. membantu kenyamanan dan ADL
6. mengendalikan lingkungan yaitu :
isolasi untuk pneumonia stapilokokus dan memcuci tangan.
7. Konseling dan penyuluhan.
2. PNEUMONIA TIPIKAL
Disebabkab oleh karena mycoplasma pneumonia
Laki – laki lebih banyak daipada wanita.
Ditandai dengan : ronchi inspiratorius, tidak ada konsolidasi, rontgen bercak infiltrat segmental.
Pengobatan : eritromycin, rifampicin
Bila tidak diobati maka dapat tejadi : DIC, gagal ginjal, myocaditis, pericarditis, meningoencephalitis dan athritis.
2. PNEUMONIA CRANII
Yaitu pada pasien dengan immunosupesi sepeti pasien AIDS.
Gejala : demam, malaise, batuk non poduktif dan dyspnea.
Obat : Trimetopin dan sulfametoxazole.
3. PNEUMONIA ASPIRASI
Akibat terhiup bahan – bahan ke dalam saluan nafas.
4. PNEUMONIA HEMATOGEN
Yaitu organisme patogen menyeba ke paru – paru melalui pembuluh darah.
ORGANISME PENYEBAB INFEKSI PNEUMONIA PADA OANG DEWASA :
I. sindoma pneumonia tipikal / klasik
pneumonia bakterialis : sering ( streptokokus pneumonia)
jarang (H. influenza dan stapilokokus aureus)
II. Sindoma pneumonia atipikal
Sering ( mycoplasma pneumonia dan virus ) sedangkan yang jarang ( legionella pneumonia dan pneumocystia cranii).
III. Sindroma pneumonia aspirasi.
Pasien yang dirawat,, mendapat theapi antibiotik yaitu : floa phaingeal, stapilokokus aueus, klebsiella aeruginosa, seatimacescens, eschericia coli dan enteobacter seta poteus.
Pasien yang rawat jalan : floa phaingeal yaitu campuan anaeob / aerob.
IV. Sindoma pneumonia hematogen
Stapilokokus aureus, eschericia coli dan anaerob enterik.
TBC
Adalah penyekit oleh kaena basil mycobacterium tubeculosa terutama mengenai paru – paru dan juga ogan lainnya.
84 % terjadi di paru – pau.
Sedangkan yang lainnya yaitu di limpatik, pleural, genitouinary, tulang, sendi, meningeal dan peritoneal.
PATHOFISIOLOGI
· Penyebab utama M. TBC dan yang lainnya yaitu M. Bovis seta M. africanus.
· Penularan aiborne dai orang yang teinfeksi, infeksi TBC biasanya sembuh sendiri bila immune baik.
· Basil tubekel tetap di dalam paru – paru dalam bentuk dorman, berdinding yaitu pada fase istirahat seta lesi perkapuan ( ghon lesion / tuberkel ghon).
· Bila mengalami stress fisik / emosi maka basil tersebut mulai aktif dan bermultiplikasi sehingga immune menurun lalu TBC aktif.
Manifestasi klinik :
Batuk non produkif, bila tidak diobati maka menjadi poduktif.
Hemoptisis, hemorraghe, nyeri dada, dysnea, keringat malam, malaise, BB menurun, anoexia, fatique dan gambaan X – ay : lesi inflamasi pada segmen apek dan posterior lobus atas segmen superior pada lobus bawah.
PENGKAJIAN DIAGNOSTIK
1. tes tuberkulin : bahan yang dugunakan OT ( old tubeculin dan PPD (puified potein derivation ) yaitu tes mantoux sebanyak 0,1 ml. Interpretasi hasil setelah 48 jam yaitu lihat induasinya (bukan eritemanya).
2. hasil ; reaksi bermakna bila lebih atau sama dengan 10 mm, eaksi meagukan bila hanya 5 – 9 mm.
3. Pemeiksaan rontgen : foto thoax AP dan lateral yaitu effusi pleua pada TBC pleura.
4. Pemeriksaan sputum : sputum pada pagi hari yaitu dengan jumlah 4 ml yaitu untuk mengidentifikasi M TBC yaitu basil tahan asam.
5. Bilas lambung : untuk menampung sputum yang tertelan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Jalan nafas tidak efektif
2. kurangnya pengetahuan.
IMPLEMENTASI
· Theapi obat :
INH (Isoniazid), Rifampisin (RIF), Piazinamide(PZA), ethambutol (EMB) dan streptomysin.
INH 300mg + IF 600 mg setiap hai (30 hari).
INH 15 mg / kg + RIF 600 mg 2 X peminggu (8 minggu )
· Pengendalian lingkungan untuk mencegah kontaminasi udaa oleh doplet yaitu :
pasien diobati dengan anti TBC
menutup hidung dan mulut pada saat batuk, bersin dan tertawa.
tempat tissue dalam kantong kertas dan dibuang.
· Pendidikan kesehatan klien dan keluarga.
1 comments:
Cari2 di google, tauny dpt di sn.
Izin comot artikelny mas,bwt tugas.
Sblmy trims.
please visit my webblog.
Post a Comment