SINUSITIS
· Definisi :
Adalah Inflamasi membran mukosa satu atau lebih rongga sinus.
· Klasifikasi :
1. Sinusitis akut
Akibat obstruksi alian sekresi dari sinus yang menyebabkan infeksi, biasanya setelah initis alegi akut maupun konis juga akibat lain seperti deviasi septum nasal, polips, tumor, inhalasi polusi udara konis / penggunaan kokain, tauma facial, intubasi naso tacheal / fibrosis cistic
2. Sinusitis konis
Membran mukosa menjadi tebal secara pemanen akibat inflamasi lama atau berulang atau inflamasi.
· ETIOLOGI
Steptococcus pneumoniae, haemophilus inluenza, diplococcus, bacteioides, infeksi anaerob.
Sinusitis sering timbul pada sinus maxillaris dan fontalis.
PENGKAJIAN
Manifestasi klinik:
Pembengkakan dan kongesti nasal, headeache, facial pessure dan nyeri, tenderness, demam ingan, dan drainase puulen / darah.
INTERVENSI
Non sugical manajemen
· Antibiotik spektum luas, analgetik, dekongestan, humidifikasi uap dan iigasi nasal dengan saline.
· Meningkatkan intake lebih dai 10 gelas perhari kecuali ada kontraindikasi medis.
· Bila tidak behasil dilakukan pembedahan.
· Sugical manajemen
· Antral irigation (maxillay antral puncture and lavage).
· Posedur lain :
Caldell – luc pocedure
Webbe – fegusson incision
Endoscopic sinus surgery
PERAWATAN POST OPERASI PADA SINUS
1. posisi semi fowler untuk meningkatkan drainage dan menguangi bengkak
2. Lakukan oal hygiene dengan hati – hati
3. kompes es yaitu dengan pogam selama 24 jam
4. ganti balutan yaitu catat tipe dan jumlah dainage
5. makan makanan yang lembut dan tingkatkan intake cairan.
6. Membetasi valsava manuver yaitu 2 minggu post operasi.
EPISTAKSIS
Adalah Masalah yang disebabkan kaena jaringan kapiler yang banyak dalam rongga hidung pecah.
Etiologi : tauma, hipetensi, discasia darah (leukemia), inflamasi, tumo, menuunnya kelembaban, telalu meniup hidung.
PENGKAJIAN
· Pedarahan setelah bersin / meniup hidung, catat jumlah dan wana darah, ttv.
· Kaji jumlah, durasi dan penyebab pedarahan sebelumnya.
INTERVENSI
1. cauterisasi dengan silve nitat / elektocautery
2. Packing anterio dan posterior
3. obsv. Distess pernafasan dan toleansi packing
4. oksigen, bedest dan antibiotik
5. Oal cae dan adekuat hidasi hindai sedative
6. Observasi satuasi O2 dan monitor jantung.
Setelah packing diangkat berikan jelly, humidifikasi untuk melembabkan dan mencegah rebleeding.
PERAWATAN EMERGENCY PADA EPISTAKSIS
1. Posisi tegak yaitu untuk mencegah aspirasi dan ke lambung
2. yakinkan klien untuk tenang yaitu mengurangi lemas dan tekanan darah
3. Lakukan penekanan pada bagian lateral hidung selama lima menit, lakukan kompress dingin pada hidung dan muka jika mungkin.
4. jika packing nasal dipelukan, gunakan balutan tampon nasal.
5. untuk mencegah ebleeding, instruksikan klien untuk tidak meniup hidung beberapa jam setelah daah behenti.
6. Cari bantuan medis jika tindakan tidak efektif dan jika perdarahan sering tejadi.
PHARINGITIS
Adalah peradangan pada memban mukosa pharinx, mungkin tejadi secara simultan dengan initis akut dan sinustis.
Etiologi : multifaktor yaitu paling banyak beta hemolitik goup alpa steptococcus.
Pada dewasa sering oleh karena virus, insiden yang paling sering adalah pada musim dingin.
Bakterial :
Steptococcus, staphylococcus, haemofilus influenza, pneumococcus, corynebacterium dypteria dan neisseria gonorhoe.
Virus :
adenovirus, hinovius, cytomegalo vius, epstein bar vius
Vius influenza, vius cossackie A. dan echovius.
Lain – lain sepeti clamidia, mycoplasma peumoniae, candida, bisa juga karena fisik dan kimia yaitu alkohol, tembaga, panas, iitasi, dehidrasi dan trauma.
PENGKAJIAN
Tanda : luka dan kering tengorok, nyeri dan panas luka, adynophagia, disphagia dan demam.
Inspeksi : tenggook hiperemia, eitematosus tonsil dengan tanpa exudat, lymphadenophati cervical.
Kultur tenggook sangat penting untuk bedakan vius dan bakteri.
Pada pemeiksaan fisik yaitu sulit membedakan virus atau bakteri.
Pharingitis virus : self limiting disease yaitu 3 – 10 hari.
Phaingitis bakteri : glomerulonefitis acute : 7 – 10 hari post nyeri akut dan ematic fever selama 3 – 5 minggu post infeksi acut streptococcus.
INTERVENSI
Pharingitis Virus : tidak menggunakan antibiotik, istiahat, meningkat caian, humidifikasi udara, analgetik, gurgle saline hangat.
Pharingitis Bacterial : antibiotik dan suppotive sepeti pada vius, tempeatur.
· Definisi :
Adalah Inflamasi membran mukosa satu atau lebih rongga sinus.
· Klasifikasi :
1. Sinusitis akut
Akibat obstruksi alian sekresi dari sinus yang menyebabkan infeksi, biasanya setelah initis alegi akut maupun konis juga akibat lain seperti deviasi septum nasal, polips, tumor, inhalasi polusi udara konis / penggunaan kokain, tauma facial, intubasi naso tacheal / fibrosis cistic
2. Sinusitis konis
Membran mukosa menjadi tebal secara pemanen akibat inflamasi lama atau berulang atau inflamasi.
· ETIOLOGI
Steptococcus pneumoniae, haemophilus inluenza, diplococcus, bacteioides, infeksi anaerob.
Sinusitis sering timbul pada sinus maxillaris dan fontalis.
PENGKAJIAN
Manifestasi klinik:
Pembengkakan dan kongesti nasal, headeache, facial pessure dan nyeri, tenderness, demam ingan, dan drainase puulen / darah.
INTERVENSI
Non sugical manajemen
· Antibiotik spektum luas, analgetik, dekongestan, humidifikasi uap dan iigasi nasal dengan saline.
· Meningkatkan intake lebih dai 10 gelas perhari kecuali ada kontraindikasi medis.
· Bila tidak behasil dilakukan pembedahan.
· Sugical manajemen
· Antral irigation (maxillay antral puncture and lavage).
· Posedur lain :
Caldell – luc pocedure
Webbe – fegusson incision
Endoscopic sinus surgery
PERAWATAN POST OPERASI PADA SINUS
1. posisi semi fowler untuk meningkatkan drainage dan menguangi bengkak
2. Lakukan oal hygiene dengan hati – hati
3. kompes es yaitu dengan pogam selama 24 jam
4. ganti balutan yaitu catat tipe dan jumlah dainage
5. makan makanan yang lembut dan tingkatkan intake cairan.
6. Membetasi valsava manuver yaitu 2 minggu post operasi.
EPISTAKSIS
Adalah Masalah yang disebabkan kaena jaringan kapiler yang banyak dalam rongga hidung pecah.
Etiologi : tauma, hipetensi, discasia darah (leukemia), inflamasi, tumo, menuunnya kelembaban, telalu meniup hidung.
PENGKAJIAN
· Pedarahan setelah bersin / meniup hidung, catat jumlah dan wana darah, ttv.
· Kaji jumlah, durasi dan penyebab pedarahan sebelumnya.
INTERVENSI
1. cauterisasi dengan silve nitat / elektocautery
2. Packing anterio dan posterior
3. obsv. Distess pernafasan dan toleansi packing
4. oksigen, bedest dan antibiotik
5. Oal cae dan adekuat hidasi hindai sedative
6. Observasi satuasi O2 dan monitor jantung.
Setelah packing diangkat berikan jelly, humidifikasi untuk melembabkan dan mencegah rebleeding.
PERAWATAN EMERGENCY PADA EPISTAKSIS
1. Posisi tegak yaitu untuk mencegah aspirasi dan ke lambung
2. yakinkan klien untuk tenang yaitu mengurangi lemas dan tekanan darah
3. Lakukan penekanan pada bagian lateral hidung selama lima menit, lakukan kompress dingin pada hidung dan muka jika mungkin.
4. jika packing nasal dipelukan, gunakan balutan tampon nasal.
5. untuk mencegah ebleeding, instruksikan klien untuk tidak meniup hidung beberapa jam setelah daah behenti.
6. Cari bantuan medis jika tindakan tidak efektif dan jika perdarahan sering tejadi.
PHARINGITIS
Adalah peradangan pada memban mukosa pharinx, mungkin tejadi secara simultan dengan initis akut dan sinustis.
Etiologi : multifaktor yaitu paling banyak beta hemolitik goup alpa steptococcus.
Pada dewasa sering oleh karena virus, insiden yang paling sering adalah pada musim dingin.
Bakterial :
Steptococcus, staphylococcus, haemofilus influenza, pneumococcus, corynebacterium dypteria dan neisseria gonorhoe.
Virus :
adenovirus, hinovius, cytomegalo vius, epstein bar vius
Vius influenza, vius cossackie A. dan echovius.
Lain – lain sepeti clamidia, mycoplasma peumoniae, candida, bisa juga karena fisik dan kimia yaitu alkohol, tembaga, panas, iitasi, dehidrasi dan trauma.
PENGKAJIAN
Tanda : luka dan kering tengorok, nyeri dan panas luka, adynophagia, disphagia dan demam.
Inspeksi : tenggook hiperemia, eitematosus tonsil dengan tanpa exudat, lymphadenophati cervical.
Kultur tenggook sangat penting untuk bedakan vius dan bakteri.
Pada pemeiksaan fisik yaitu sulit membedakan virus atau bakteri.
Pharingitis virus : self limiting disease yaitu 3 – 10 hari.
Phaingitis bakteri : glomerulonefitis acute : 7 – 10 hari post nyeri akut dan ematic fever selama 3 – 5 minggu post infeksi acut streptococcus.
INTERVENSI
Pharingitis Virus : tidak menggunakan antibiotik, istiahat, meningkat caian, humidifikasi udara, analgetik, gurgle saline hangat.
Pharingitis Bacterial : antibiotik dan suppotive sepeti pada vius, tempeatur.
0 comments:
Post a Comment