Monday, March 1, 2010

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Masalah keamanan vaksin sebetulnya sudah sejak lama menjadi perhatian para klinis tetapi tampaknya pada masa belakangan ini menjadi lebih menonjol karena sering kali sering kali di hubungkan dengan mordibitas berbagai penyakit tertentu.
Sampai akhir tahun 1980an di Indonesia tidak banyak terdengar laporan kejadian yang terhubung dengan vaksin tetapi semakin lama hal itu semakin sering ditemukan dengan semakin luasnya cakupan program imunisasi, terlebih lagi dengan adanya program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dengan cakupan dan publikasi yang begitu luas pada pertengahan tahun 1990 maka masalah mordibitas yang dihubungkan dengan imunisasi semakin menjadi perhatian masyarakat luas.
Karena faktor kekurangtahuan serta informasi yang tidak memadai maka mulai timbul berbagai kekhawatitran serta keengganan orang tua untuk mengikut serta kan anak nya dalam program imunisasi. kekhawatiran tersebut akhirnya tidak saja ditujukan pada efek samping vaksin yang memang merupakan bagian dari mekanisme kerja vaksin tetapi telah meluas pada semua morbiditas serta kejadian yang terjadi pada imunisasi yang sangat mungkin sebetulnya tidak terhubung dengan vaksin dan tindakan imunisasi.

DEFINISI
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.

FAKTOR PENYEBAB
Pokja Depkes RI membagi penyebab kejadian Ikutan Pasca Imunisasi menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Kesalahan Program/teknik Pelaksanaan imunisasi
2. Induksi vaksin
3. Faktor kebetulan
4. Penyebab yang tidak diketahui atau belum diketahui




1) Kesalahan program/teknik pelaksanaan imunisasi
Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan tekhnik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpangan, pengelolaan dan tata laksana pemberian vaksin, kesalahan tersebut misalnya dapat terjadi pada :
• Dosis antigen (terlalu banyak)
• Lokasi dan cara penyuntikan
• Sterilisasi jarum suntik
• Tindakan dan antiseptik
Melalaikan aturan produsen tata laksana perlu diperhatikeun bila terdapat kecenderungan kejadian berulang pada petugas atau kelompok yang sama. Kecenderungan sebaliknya bila kelompok populasi lain mendapat vaksin dengan batch yang sama tapi tidak terdapat masalah atau bila sebagian populasi setempat dengan karakteristik serupa yang tidak di imunisasi tapi justru menunjukan masalah tersebut
2) Induksi vaksin
Gejala KIPI karena Induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan.Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian.
Reaksi simpang vaksin sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai kontra indikasi ,indikasi khusus,atau berbagai tindakan atau perhatian spesifik lainya termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin lain
3) Faktor kebetulan
Kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah imunisasi. Indikator faktor kebetulan ini di tandai dengan ditemukanya kejadian yang sama pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa yang tidak mendapat imunisasi pada saat bersamaan
4) Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokan kedalam salah satu penyebab lain maka untuk semantara dimasukan kedalam kelompok ini,tetapi biasanya dengan kelengkapan informasi lebih lanjut maka akan ditentukan kelompoknya.
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
A. Setelah pemberian vaksinasi hepatitis B dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi atau pun otot..
 Yang harus dilakukan oleh orang tua atau pengasuh nya:
Untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol, Boleh mandi atau cukup di seka dengan air hangat.
B. Setelah pemberian vaksin BCG akan menjadi bisul selama kurang lebih 2mgg itu hal yang normal.Karena merupakan reaksi vaksin BCG nya.Bisul kecil (papula) dapat membesar dan terjadi koreng selama 2-4 bln, bila ulkus mengeluarkan cairan orang tua dapat mengompres dengan cairan antiseptik.dan bila cairan bertambah banyak dan koreng menjadi membesar orang tua harus membawa ke tenaga kesehatan
C. Setelah pemberian vaksin DPT reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan yang akan hilang dalam 2 hari
 Yang harus dilakukan oleh orang tua atau pengasuhnya:
Kepada orang tua dianjurkan unuk memberikan minum lebih banyak(ASI atau air buah) untuk memberikan minumlebih banyak(ASI atau air buah)jika demam pakailah pakaian yang tipis,bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin,jika demamberikan parasetamol,Boleh mandi atau cukup di seka dengan air hangat.
D. Setelah vaksin campak reaksi yang akan terjadi rasa tidak nyaman di bekas penyuntikan vaksin, selain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang timbul 5-12 hari setelah penyuntikan selama kurang dari 48 jam yaitu demam tidak tinggi,erupsi kulit kemerahan halus /tipis yang tidak menular, pilek.
 Yang harus dilakukan oleh orang tua atau pengasuhnya:
Untuk memberikan minum lebih banyak(ASI atau air buah)jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol, boleh mandi atau cukup di seka dengan air hangat
SUMBER
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pemantauan dan Penanggulangan kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, depertemen Kesehatan republik Indonesia, Jakarta 2005.
2. Reporting and Compensasion Tables, Nasional Childhood vaccine Injury Act 1986, Committee From the Institute of Medicine, National Academy of Science USA, dalam Atkinson W, Wolfe Humiston S, Nelson R, 2000
3. WHO: Background rates Of adverse events following imunizazion, supplementary information on vaccine safety. Part 2, 2000

0 comments: